Sunday, December 17, 2006

Dari Sing ke Batam ke Jakarta



Libur tlah tiba-libur tlah tiba,hatiku gembira, alunan lagu tasya yang membuat mata Aishah dan Amalia, makin berbinar indah,alhamdulillah kita akhirnya jadi pulang kampung.
Pagi itu,kita sudah siap tinggal landas lewat bus stop depan rumah yang membawa kita sampai di Harbour Front.

Sampai disini kami merasakan cuaca mendung dengan sedikit hujan gerimis yang mulai mengundang,apa mau di kata inilah alam yang berkata.....mis gerimis......
Kunjungan kali ini ke Batam memang singkat,hanya transit untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta,sayang memang udah janji ke teman kalo mau mampir,karena keterbatasan waktu akhirnya ndak jadi,maaf ya kawan.

Rame juga transit kali ini karena ketemu kawan yang mau pulang ke Banten,sepanjang perjalanan anak-anak cukup menikmati,tidak ada keluhan minta gendong ,minta ini itu,alhamdulillah.

Sepanjang perjalanan bth-cgk memang ngak lama hanya satu jam lima menit,hanya saja terasa lama ketika tiada kudapan,hanya air yang menembus kerongkongan ,ya hanya itu yang disajikan awak kabin ,maklumlah bajet.

Akhirnya sampailah digugusan awan Jakarta yang memang rada panas, sampailah tujuan pertama perjalanan ini.Rencana memang tinggal tiga hari di kota ini,diluar pintu kedatangan sudah berdiri Layla yang sudah menunggu mungkin hampir empat puluhan menit,dengan suka cita kedatangan kami disambut,maklumlah kami memang tidak ada keluarga yang tinggal dikota ini,kecuali teman,salah satunya ya dia.

Semalam kami menginap di keluarga Layla,akhirnya kami memutuskan untuk mencari penginapan yang dekat dengan pusat kota,akhirnya kami menemukannya di Otista,walaupun ngak berbintang lima.

Begitu cek in kemudian kami bergegas memasuki room yang bagiku udah cukup untuk menaruh kepala,berteduh,cukup.
Didepan hotel ternyata ada warung bakso tenis yang isinya telur puyuh,hua bukan main gembiranya mereka,bak menemukan emas bagiku,yee,celetuk mereka seneng,ada telur puyuhnya,mau lagi,'ya udah nambah boleh ,yang kenyang ya',nambah es alpukat dong,abang nyletuk.

Udah kenyang kita segera menelusuri ceruk Jakarta sebelah barat,luar kota yang jelas,Legok Tangerang.Kami mengunjungi teman lama yang sering juga mampir ke Sing sejak tahun sembilan tujuh,jauh-jauh rasanya apalagi sang pengemudi masih buta peta kota ini.Dikawasan Bumi Serpong Damai kita bagaikan melintas akar nimang yang kata orang bisa meyesatkan sang penginjaknya,ndak bisa keluar ke arah yang sebenarnya,akhirnya kita bisa menemukan rumahnya,di belakang Jotun ,wadalah situ rupanya.

Wow,rumah yang lumayan besar karena dua buah rumah dijadiin satukawasan oleh juragan ayam ini,suasana yang masih kental dengan alam pedesan bahkan tidak berapa jauh dari rumah itu ada kolam pancing,asik sebenarnya kalo kami berkesempatan ikutan mancing.
Sang tuan rumah memang juragan tulen yang ngorbanin sebagian rumahnya untuk bisnis ayam petarungnya,hebatnya dia bisa bagi waktu untuk acara travelingnya maklum dia juga salah satu crew maskapai nasional.

Hanya dua jam,waktu kami bertandang kerumahnya,yang menghabiskna waktu karena kita lama diperjalanan,akhirnya sore ini kami putuskan untuk menemui ibunda mb Lena,di kampung melayu.
Kesan pertama,huih padet bener......karena di kotaku ternyata ngak sesumpek ini.Rumah yang nyaman dikawasan yang padat pemduduk,di lantai bawah memang untuk klinik,maklum bunda seorang bidan,lantai atas untuk keluarga,enak juga gaya arsitekturnya.Depan rumah persis ada mushola ,kawasan ini memang ngak pernah sepi,ngak terasa hampir jam sepuluh malem ,akhirnya kami pamit untuk kembali kepenginapan yang ternyata memang deket sekali jarak tempuhnya.

Dalam keremangan malam sepanjang jalan kampung melayu kearah otista keadaan ngak jauh berbeda dengan kotaku,masih saja banyak 'gepeng' mereka malah tidur di trotoar sepanjang jalan,cukup kontras dengan keadaan Jakarta yang sekarang banyak mall yang bagaikan jamur di musim hujan, dari pada tidur di trotoar kan bisa sebenarnya di emperan mall,bisa ngak ya?

Malam itu pules rasanya melepas kepenatan,pagi ke dua di Jakarta kutelusuri sendiri,uji nyali merambah tanah abang dengan uang pas-pasan.
Setelah sampai di depan pos satpam ,aku tanyakan kopaja yang langsung kearah tanah abang,alhamdulillah akhirnya aku lambaikan tangan kearah lima kosong dua,meluncurlah daku.
Ngak nyangka sempat nyasar juga ,nah inilah malu bertanya sesat dijalan,aku baru sadar ketika kondektur mau minta ongkos lagi,aku bilang pak depan kiri,langsung aja aku turun ketika udah melihat papan penunjuk ke arah tanah abang,selamatlah aku.
Sampai di pasar yang kononnya sumpek,ternyata ndak seperti bayanganku,ternyata udah jadi mall walaupun masih juga pedangang kagetan masih menyeruak di lorong jalannya.
Masih terlalu pagi untuk melihat blok a buka semua,maklum masih jam delapan lebih tiga puluh menit,wahh,ndak ada toko buka sesuai harapan dan doku ku, kuputuskan untuk belanja keperluan interen bukan untuk oleh-oleh.

Sepanjang jalan kearah kampung melayu,kopaja melaju di bawah rata-rata maklum masih kurang penumpang padahal hari minggu,sampai depan grand menteng hotel ada papan list harga hotel yang ternyata jauh lebih murah dibanding penginapanku,ternyata ada hikmah karena aku ngak nginep disitu,jadi aku ngak cerita macem-macem tentang hotel dimana artis meninggal dunia disana.

Sesampai di kawasan kampung melayu ternyat harga buah mangga murah meriah,jadilah aku beli,memasuki pekarangan hotel nampak didepan kamar kami ada sandal ,siapa?ternyata Zaki Ghulam yang dikirim untuk jadi guide menjelajah ancol,anak-anak juga tidak sabar untuk melihat kayak apa.

Cuaca makin panas,untung udah bawa botol air yang cukup untuk penghilang dahaga,bawa payung jelas tidak ketinggalan,tapi kita masih perlu topi,ndak jauh dari loket ,penjual topi banyak bersaing menawarkan harga yang cukup murah.
Dengan berbekal lima tiket kami masuk dengan kesal,apalagi antri beli karcis hampir satu jam,
sudah bisa dipastikan betapa berjubelnya orang untuk menikmati permainan .Sampai didalam ternyata tidak salah duga,setiap permainan kita harus antri empat puluh lima menit,akhirnya kami hanya bisa mencicipi tiga permainan,benar-benar menguras kesabaran dicuaca yang panas.
Kita putuskan untuk pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul enam petang,'sudah ki, kita udah capek muternya,ngak sanggup lagi,capek'.Akhirnya Zaki setuju padahal dia masih antusias untuk menjajal permainan.

Sampai di penginapan hari masih menunjukkan pukul delapan tiga puluh,aku segera mengemas barang belanjaan tadi pagi,siap-siap mau bebenah untuk perjalanan besok pagi ke Surabaya.
Malam ini udah kenyang karena perut udah dialas dengan Canadian pizza depan terminal kampung melayu,murah meriah jika dibandingin di sini, selamat malam Jakarta, besok aku kembali meneruskan perjalanan,semoga tahun berikutnya dirimu bisa kami kunjungi,selamat malam.

No comments: